Hari / Tanggal : Jum'at, 02-Agustus-2013
Tempat : Masjid Tanbihul Ghofilin (Sukadana)
Penceramah : Abdul Aziz
Riya adalah sifat suka
menampilkan diri dalam beramal, agar amal tersebut dilihat orang dengan maksud
ingin mendapat simpati atau pujian.
Muhammad Al-Barkawi, seorang ahli
tasawuf mengatakan bahwa riya adalah mencari manfaat duniawi dengan cara menampilkan
ukhrawi (akhirat) serta segala hal yang mencerminkan amal tersebut dan
penampilan itu sengaja dilakukan supaya dilihat orang lain.
Di dalam sebuah hadits disebutkan
:
“ Barangsiapa (berbuat baik)
karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan
kejelekannya kepada orang lain. Dan barangsiapa (berbuat baik) karena ingin
dilihat oleh orang lain (riya), maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya
kepada orang lain.” (HR. Bukhari)
- Orang-orang yang suka riya termasuk orang-orang yang munafik.
Firman Allah dalam surat An-Nisa’
: 142 yang artinya sebagai berikut :
“Sesungguhnya orang-orang munafik
itu menipu Allah, dan Allah akann membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka
berdiri untuk bershalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapann manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.”
- Orang-orang yang riya juga tergolong orang-orang yang mendustakan agama.
Firman Allahdalam surat
Al-Maa’uun : 1-7 yang artinya sebagai berikut :
“Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yag berbuat
riya dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.”
Alangkah meruginya orang-orang
yang bersifat riya, karena mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan
meluangkan waktu, tetapi Allah tidak menerima sedikitpun amal ibadah mereka,
bahkan azab yang mereka terima sebagai balasannya.
Sabda Rasulullah saw. :
“Allah tidak akan menerima amal
yang terdapat unsur riya di dalamnya walaupun riya itu hanya sebesar dzarrah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar